Provokator Pembakaran Rumah Thabrani Diduga Eks Cakakam Gagal, Warga Desak Polisi Bongkar Aktor Intelektual

Provokator Pembakaran Rumah Thabrani Diduga Eks Cakakam Gagal, Warga Desak Polisi Bongkar Aktor Intelektual

Spread the love

Beritapiral.com Lampung Tengah, Tragedi berdarah dan amuk massa yang meluluhlantakkan rumah Thabrani, orang tua Kepala Kampung Gunung Agung, Sabtu (17/5/2025), membuka luka dalam demokrasi desa. Deretan kesaksian warga mengarah pada satu titik terang: aksi brutal ini bukan spontanitas massa, tetapi diduga dikendalikan dua mantan calon kepala kampung (cakakam) yang gagal. (23 Mei 2025)

 

Kerusuhan bermula dari duel maut antara AGS dan SRY di Pasar Bandar Agung. SRY tewas. Namun rentetan kekerasan tak berhenti di situ. Rumah Thabrani diserbu, dibakar, dan dihancurkan oleh massa bersenjata tajam. Warga menyebut: provokator sudah menyusup sejak lama.

 

“Saya lihat jelas wajah mereka. T, TR, Diki, Usman—mereka semua bagian dari massa. Ini bukan sekadar dendam, ini sabotase,” ujar Meliyantina, istri dari Aldo, anak Kepala Kampung Sukardi. Bersama anak dan ibu mertuanya yang sakit, ia bersembunyi di kamar saat massa mendobrak dan membakar rumah.

 

Lebih dari sekadar saksi, Meliyantina mengalami sendiri teror mengerikan. “Saya dengar mereka teriak ‘habiskan, bakar!’ Saya melihat sendiri motor dibakar, lemari dipecahkan, dan gas hendak digunakan membakar seluruh rumah,” ungkapnya pilu. “Anak saya hampir ditombak saat digendong polisi.”

 

Kesaksian Herwan, kakak AGS, menguatkan dugaan adanya provokasi terorganisir. “Saya diserang saat memberi tahu mereka bahwa AGS sudah menyerahkan diri. Tombak menghujani saya, mereka tak peduli,” ujarnya, menunjukkan luka-luka yang ia derita.

 

Lebih mengejutkan, Rina, istri Herwan, menyebut anak dari TR, mantan cakakam, mengaku melihat ayahnya membawa senjata tajam saat kerusuhan pecah. “Pantesan bapak saya bawa senjata, katanya,” ucap Rina, menirukan ucapan anak TR.

 

Tiga Tersangka Sudah, Tapi Warga Ingin Keadilan Sempurna

 

Polda Lampung telah menetapkan tiga tersangka berdasar rekaman video. Kombes Pol Pahala Simanjuntak, Dirreskrimum Polda Lampung, menyatakan ketiganya telah ditahan. Namun warga menilai penetapan itu belum menyentuh aktor intelektual di balik tragedi ini.

 

“Kami ingin keadilan, bukan sekadar simbolik. Tangkap dalangnya, bukan hanya kaki tangannya,” tegas warga yang namanya enggan dipublikasikan.

 

Situasi di Gunung Agung masih mencekam. Warga trauma. Rumah terbakar jadi saksi bisu. Mereka menanti suara kejujuran dari aparat, bukan pembungkaman oleh kepentingan politik lokal.

 

Jika hukum hanya tajam ke bawah, maka luka di Gunung Agung tak akan pernah sembuh.

 

(Tim/red | bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *